Pada
15-18 November 2013 lalu Temu Sastra Mitra Praja Utama Ke-8 digelar di Kota
Serang dan di kawasan masyarakat Kanekes (Baduy) Banten. Sebagai provinsi muda,
Banten kembali dipercaya sebagai tuan rumah perhelatan sastra dan kebudayaan
Mitra Praja Utama (MPU), setelah MPU sebelumnya diadakan di Jogjakarta. Ini
merupakan kali keduanya Banten kembali menjadi tuan rumah penyelenggaraan
perhelatan Kesusastraan Mitra Praja Utama setelah sebelumnya menjadi tuan rumah
di penyelenggaraan MPU perdana. Pada penyelenggaran MPU kali ini, tema umum
yang dipilih adalah “Mistisisme dalam Kesusastraan”.
Tentu
saja, dipilihnya tema tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan, yang meski
tak terhindar dari subjektivitas, namun tidak terlepas dari upaya untuk
mengangkat wacana dan khasanah yang paling dekat dengan “kultur” Banten sebagai
tuan rumah. Martin van Bruinessen, misalnya, menyebut Banten secara kultural
dan mistis dengan julukan “surga-nya khazanah dan praktek magis di Nusantara”.
Yang dimaksud Bruinessen dengan pernyataannya tersebut adalah budaya-budaya
masyarakat Banten semisal Silat dan Debus atau praktik-praktik kesaktian,
kedigdayaan, dan “ngehikmah” ala orang Banten yang memang sudah populer di
Nusantara.
Apa
yang dikemukakan Bruinessen tersebut hanya sekeping contoh kecil tentang
khazanah mistis dan magis di Banten, meski tentu saja Bruinessen belum menyebut
keseluruhan secara utuh kultur mistis dan magis masyarakat Banten yang mewujud
dalam ragam khazanah dan living culture, semisal kesastraan magis yang hidup di
Banten Selatan, seperti tradisi pantun dan mantra magis Sunda-Baduy yang telah
banyak dikaji itu, namun masih menyimpan potensi untuk terus dikaji ulang. Dan
juga Seni Dodod Banten Selatan di Pandeglang yang merupakan seni ritual pantun
Sunda Banten yang telah berakulturasi dengan ajaran dan nilai-nilai Islam dalam
prakteknya.
Dalam
dua contoh seni tradisi tersebut, yang tentu saja menarik dan tak bisa
diabaikan, adalah adanya unsur kesastraan puitik yang dalam hal ini pantun dan
mantra yang dibacakan dalam ritual dan upacara adat dan tradisional tersebut.
Hal
lain yang menarik adalah, meski secara linguistis dan geografis Banten terbagi
menjadi Banten Utara yang didominasi penggunaan bahasa Jawa Banten dalam
keseharian dan Banten Selatan yang didominasi penggunaan Bahasa Sunda, namun
memiliki kekhasan umum yang sama dalam kecendrungan kulturalnya, baik dari sisi
budaya, adat, dan sastra. Khusus di Banten Utara, misalnya, kita bisa mengkaji
khazanah penulisan dan kesusastraan yang menggunakan Bahasa Jawa Banten,
semisal kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren-pesantren dan sastra
lokal pantun dolanan dan sindiran yang menggunakan Bahasa Jawa Banten yang juga
akrab dengan khazanah mistis dan magis dalam konteks lanskap umum kultur
Banten.
Kekayaan
itu akan semakin bertambah bila kita mengkajinya secara historis. Di sini kita
dapat mencontohkan warisan-warisan penulisan dan kesastraan Banten masa silam
di era Kesultanan Banten dan di era Banten pra-Islam.
Begitulah
“Mistisisme dalam Kesusastraan” dipilih sebagai tema penyelenggaraan MPU VIII
di Banten, yang selain ingin menggali bahan-bahan dan pengkajian baru khazanah
sastra yang belum maksimal dieksplorasi, juga dimaksudkan sebagai upaya untuk
menimba dan menggali kearifan lokal atau local wisdom yang diharapkan akan
memberi wawasan, pintu, dan khazanah baru bagi kreativitas dalam dunia sastra
dan penulisan, dan kebudayaan pada umumnya. Dan seperti kita tahu, kearifan
lokal ini menyebar di seluruh negeri, etnik, dan provinsi di seluruh Indonesia.
Hingga, dapat dikatakan, pemilihan tema ini sebenarnya lebih merupakan
“covering” semata dalam rangka menjadi semacam “cermin” dan “contoh” yang
ditawarkan dan disajikan Banten sebagai tuan rumah.
Berkat
kerja semua pihak, termasuk para peserta anggota MPU itu sendiri, perhelatan
ini berhasil dilaksanakan dengan sukses dan baik. Semoga menjadi cermin bagi
komitmen dan kepedulian kita dalam rangka melakukan pembangunan intelektual dan
kekuatan kultural bangsa kita.
Sulaiman Djaya (Salah seorang Kurator)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar